Cerita Inspiratif (Menggambar Tanpa Penghapus)


 Menggambar Tanpa Penghapus

Di sebuah pinggiran kota, hiduplah sebuah keluarga yang tinggal sebatang kara. Keluarga itu beranggotakan dua orang. Alam dan ibunya yang berusia 60 tahun. Ibunya bernama Fatimah. Suami Fatimah pergi entah kemana. Setiap hari, Fatimah bekerja sebagai tukang sapu dan tukang cuci piring. Meskipun penghasilan Fatimah tidak banyak, tidak pernah sekalipun terbesit di pikirannya untuk menjadi pengemis. Sementara Alam, ia adalah siswa SMA yang tidak terlalu pintar. Alam sering kali tidak bersyukur dan suka memaksa Fatimah membelikan barang mahal yang diinginkannya.


Suatu hari, salah satu teman Alam di sekolah membeli ponsel baru. Ponsel tersebut sangat canggih dan mahal. Melihat temannya yang membeli ponsel baru, membuat Alam menginginkannya. Sepulang sekolah, ia berbicara kepada ibunya. Fatimah yang mendengar anaknya menginginkan ponsel tersebut menjelaskan dengan lembut, ia berkata bahwa saat ini ia sedang tidak memilki uang yang cukup karena sebagian penghasilannya ia masukkan ke tabungan untuk uang saat Alam akan mendaftar kuliah nanti dan juga untuk kebutuhan sekolah. 


Mendengar hal tersebut, Alam sangat marah. Ia langsung masuk ke kamar ibunya dan membuka seluruh laci untuk menemukan tabungan tersebut. Fatimah berusaha menghentikannya, tetapi Alam mendorongnya hingga terjatuh. Alam yang sudah menemukan uang tersebut berjalan keluar rumah. Alam hendak berangkat untuk membeli ponsel tersebut. Fatimah berusaha mengejarnya, berharap ia mengembalikan uang tersebut karena itu adalah satu-satunya pegangan untuk masa depan Alam. Tetapi, Alam sama sekali tidak berbalik. Saat sampai di jalan besar Fatimah terlalu fokus mengejar Alam dan tidak melihat keadaan sekitar, tiba-tiba Fatimah tertabrak truk dengan sangat keras. Alam yang melihat ibunya tertabrak langsung berhenti dan berbalik. Ia berlari menghampiri ibunya yang sudah berlumuran darah. Banyak orang yang membantu Alam untuk memanggil ambulans. Nahasnya ibunya meninggal di tempat.


Alam menangis menyesali perbuatannya. Setiap hari ia mengunjungi makam ibunya sambil memegang sebuah batu nisan yang bertuliskan nama ibunya. Berharap ibunya hidup kembali dan memaafkannya.


Kejadian itu mengingatkan Alam tentang gambar dan penghapus. Hidup adalah gambar tanpa penghapus. Kita tidak bisa memutar waktu untuk kembali dan menghapus segala sesuatu yang buruk. Yang bisa kita lakukan adalah berusaha yang terbaik dan tidak menyakiti orang lain, agar tidak ada kata penyesalan di kemudian hari.

Komentar

Postingan Populer